1. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum
Teaching
- Pengertian
Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby
De Porter yaitu:
“Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan
cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur
seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang
diajarkan.”[1]
Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu
berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi
dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga
berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang
berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa.
Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme
siswa.[2]
Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang
memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari
keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda
seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
- A s a s
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah
dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal
ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah
pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu
pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru
dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan
rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah
kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar.
Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu.
- Tujuan
Adapun tujuan Quantum Teaching adalah untuk
meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas.
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan
tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana
yang dinamis dalam belajar, dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta
melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu
pengetahuan yang luas sebagai tujuan.
- 2. Prinsip dan Model Quantum Teaching
- Prinsip
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai
berikut:
1) Segalanya
berbicara
2) Segalanya
dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga
rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.[3]
3) Segalanya
bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita,
mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang
memotivasi: “tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap
harinya”.[4]
4) Pengalaman
Sebelum Pemberian Nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya
rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu,
proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi
sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
5) Akui Setiap
Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar
dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle c.
Nelson bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan
suatu energi yang membangkitkan emosi positif.[5]
6) Jika Layak
Dipelajari, Layak Pula Dirayakan
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara.
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam
belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk
merayakan setiap keberhasilan.[6]
- M o d e l
Adapun model Quantum Teaching terdiri atas dua
tahap, tahap pertama disebut konteks, dan tahap kedua adalah isi.[7]
1) Tahap Pertama (Konteks)
Yang dimaksud dengan tahap pertama atau konteks
yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan
dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan:
a) Suasana,
termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa
simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar.
b) Landasan,
yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan
bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan,
yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi,
tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
d) Rancangan,
yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa,
mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan
interaksi belajar, hal-hal yang berhubungan dengan bagian ini adalah:
a) Presentasi,
yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip-prinsip Quantum Teaching
sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari.
Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan dengan
penampilan, bunyi dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu
proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang
dipelajari, dengan kata lain bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang
pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk
mengakomodasi karakter siswa.
c) Keterampilan
Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-trik dalam belajar
yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum Teaching, sehingga para
siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d) Keterampilan
Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif
dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup
diistilahkan juga keterampilan sosial.
- B. Relevansi Proses Belajar Mengajar dengan Quantum Teaching
- 1. Pengertian dan Komponen Proses Belajar Mengajar
Pengertian Proses Belajar Mengajar Menurut
Sardiman AM yaitu:
“bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan
interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar,
dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya.”[8]
Sedangkan tujuan proses belajar mengajar sama
dengan tujuan pendidikan, yang menurut Redja Mudya Harjo yaitu:
“untuk pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi
secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya,
yang dapat memainkan peranannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan
persekutuan hidup dan kelompok sosial.”[9]
Adapun komponen proses belajar mengajar merupakan
hal-hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam proses belajar mengajar,
dikarenakan hal-hal penting tersebut mesti dilalui untuk mencapai tujuan proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien.[10]
Diibaratkan pada sebuah mesin, jika salah satu dari komponennya tidak
berfungsi, maka mesin tersebut tidak akan dapat beroperasi. Oleh karena itu,
setiap tenaga pengajar perlu memahami komponen-komponen dalam proses belajar
mengajar, sehingga mereka dapat mempersiapkan segala sesuatu demi kelancaran
aktifitasnya.
Adapun komponen-komponen proses belajar mengajar
akan dipaparkan seperti berikut:
- Tujuan proses belajar mengajar
Tujuan proses belajar mengajar adalah adanya
hal-hal ideal yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dalam proses
belajar mengajar. Adapun tujuan yang mesti dicapai dalam proses belajar
mengajar adalah memperoleh pemahaman dan keterampilan. Pemahaman yang
dimaksudkan adalah peserta dalam proses belajar mengajar memiliki banyak
pengetahuan dengan cara kreatif berpikir, membaca dan menulis. Sedangkan
keterampilan adalah memiliki keahlian dalam memecahkan setiap persoalan,
terampil menyampaikan pengetahuan kepada orang lain, serta terampil melukiskan
pengetahuannya dalam tulisan.
- Bahan Pelajaran (Materi)
Setelah merumuskan tujuan, kemudian diikuti
langkah pemilihan bahan pelajaran yang sesuai dengan kondisi tingkatan siswa
yang akan menerima pelajaran, jelasnya bahan pelajaran merupakan isi dari
proses interaksi tersebut.
- Guru dan Siswa
Guru dan siswa adalah salah satu komponen proses
belajar mengajar, yakni yang memberikan pengajaran dan yang menerima pelajaran.
Sebagai guru profesional, mereka mesti memenuhi syarat-syarat dalam
melaksanakan tugasnya. Adapun beberapa syarat tersebut adalah :
1) Harus memiliki
bakat sebagai guru
2) Harus memiliki
keahlian sebagai guru
3) Memiliki
kepribadian yang baik dan terintegrasi
4) Memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang luas
Menurut Maslow, siswa memiliki beberapa
kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan akan
keselamatan, yaitu kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan fisiologis. Tiap
orang berusaha menjaga keselamatan dan keamanan dirinya dari gangguan luar,
atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
2) Kebutuhan
memiliki dan mencintai yaitu kebutuhan akan kasih sayang dalam keluarga dan
kebersamaan dalam masyarakat
3) Kebutuhan akan
penghargaan, ialah keinginan seseorang akan penilaian yang baik dari orang
lain, ingin dihormati, merasa mampu, percaya atas kemampuannya menghadapi hidup
di dunia ini.
4) Kebutuhan untuk
menonjolkan diri adalah kebutuhan tertinggi, ingin dianggap orang yang terbaik,
ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.[11]
- Strategi dalam proses belajar mengajar
Salah satu komponen penting untuk mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar adalah strategi. Strategi adalah
penghubung antara siswa dan guru, dimana dengan strategi kita dapat
mengembangkan pengajaran. Berbagai strategi yang dapat digunakan berdasarkan
pada tujuan yang akan dicapai. Strategi dalam proses belajar mengajar, tentunya
dirumuskan oleh guru yang bertindak sebagai pengarah baik dari segi materinya,
tugas-tugas pada komunikasi, media, maupun suasana lingkungan belajar yang
diciptakan. Jika strategi tidak dirumuskan, maka guru tidak akan mengetahui
bagaimana perkembangan siswa dan tentunya secara umum tujuan pembelajaran tidak
tercapai.
- Sarana (alat)
Alat atau sarana merupakan komponen yang tak
terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Sarana sangat dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan sarana juga harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran dan juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang pendidikan, maka semakin banyak
pula tercipta sarana-sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, guru haruslah menyesuaikan penggunaan sarana tersebut dengan tetap
berpatokan pada tujuan sehingga dapat tercapai secara efektif dan efisien.
- Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan sebab untuk melihat
sejauhmanakah bahan yang diberikan kepada peserta didik dengan metode tertentu
dan sarana yang telah ada dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tegasnya
penilaian atau evaluasi ini merupakan baromater untuk mengukur tercapainya
proses belajar mengajar.
- 2. Quantum Teaching sebagai Strategi Belajar Mengajar
Quantum Teaching merupakan konsep yang diturunkan
dari Quantum Learning yang mempunyai motto membiasakan belajar nyaman dan
menyenangkan. Dari konsep Quantum Learning yang akan diterapkan dalam dunia
bisnis, maka dibuatlah Quantum Bisnis, begitu pula konsep Quantum Learning yang
akan diterapkan dalam interaksi belajar mengajar, maka dirancanglah konsep
Quantum Teaching.
Quantum Teaching merupakan sebuah strategi untuk
mempraktekkan Quantum learning di ruang-ruang kelas, berusaha memberikan
kiat-kiat, petunjuk, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam
pemahaman dan daya ingat, membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat.
Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar,
maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan wawasan yang
luas, pembentukan sikap dan memberikan keterampilan, konsep Quantum Teaching inilah
langkah atau strategi yang komprehensif untuk meraih tujuan tersebut.
[1]Bobby
De Porter, Quantum Teaching, alih bahasa oleh Ary Nilandari (Cet. XI; Bandung : Kaifa, 2003), h.
3.
[3]Bobby
De Porter, op.cit., h. 7.
[4]Kathy
Wagone, Seni Meraih Sukses Sederhana, alih bahasa oleh Arman Prayitno,
(Cet. I; Batam; Interaksara, 2004), h. 7.
[5]Noelle
C. Nelson, Jeannine L. Calaba, The Power of Appreciation,alih bahasa
oleh Yulianto Rahmat, (Cet. I; Jakarta :
Buana Ilmu Populer, 2005), h. 7.
[8]Sardiman
AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Cet. XI; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h. 14.
[9]Redja
Mudya Harjo, Pengantar Pendidikan (Cet. XI; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), h. 12.
[10]Hamalik
Oemar, Proses Belajar Mengajar (Cet. III; Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 77.
Posting Komentar