Pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa , bukan dibuat untuk siswa , pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik melakukan kegiatan belajar . Tujuan pembelajaran
adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik.
Kooperatif learning atau pembelajran
kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajran yang berdasarkan faham
kontruktivis.
Menurut slavin ( 1985) . kooperatif
learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen .Sedangkan Sunal dan Flans (2000)
mengemukakan kooperatif learning merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian stertegi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta
didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan kooperatif learning
dapat meningkatkan dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap tolong- menolong dalam prilaku sosial .
Bedasarkan pendapat- pendapat diatas
belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan
pendapatnya , menghargai pendapat teman ,dan saling mmemberikan pendapat . (
shering ideas ).
Unsur – unsur dasar dalam kooperatif
learning menurut lungdren (1994) sebagai berikut :
a. Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama.
b. Para
siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya
,selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadap.
c. Para
siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para
siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para
siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
f. Para
siswa terbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar .
g. Setiap
siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif .
PENGGUNAAN KOOPERATIF LEARNING
Ada beberapa cara menggunakan
kooperatif learning matematika bagi siswa disekolah , yaitu : pertama ,
memenfaatkan tugas pekarjaan rumah . Bentuklah
beberapa kelompok siswa dengan ukuran antara tiga sampai lima orang
setiap kelompoknya untuk memulai siswa belajar . mintalah mereka untuk
membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumahnya antar anggota yang
satu dengan lainnya tetapi masih dala, satu kelompok . Pada saat diskusi antar
siswa dalam kelompok sedang berlangsung
,guru dapat membimbing memecah kesulitan – kesulitan yang siswa alami dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan kunci atau saran – saran tertentu. Bila
perlu dapat memberikan perhatian secara individual untuk para siswa yang tidak
aktif. Kedua , pembahasan materi baru . Di dalam format pengajaran trdisional (
direct instruction) , biasanya guru mengembangkan ,menerangkan atau
mendemonstrasikan suatu tekhnik baru .yang dapat digunakan untuk menghitung
,memecahkan persamaan ,menggambar grafik ,membuktikan teorema , dan sebagainya
: kemudian guru meminta siswa bekerja sendiri- sendiri menggunakan pengetahuan
yang bru didapatnya untuk menyelsaikan satu atau beberapa buah soal . di dalam
format ini biasanya guru mengharapkan
para siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentan materi baru itu atau soal- soal itu. Sayangnya
siswa segan mengajukan pertanyaan itu kepada guru yang berdiri didepan
temen-temannya sekelas. Mereka takut atau malu berbuat kekeliruan atau mungkin
takut dianggap bodoh . Di dalam format kooperati learning setelah guru
menyampaikan materi pelajran ,para siswa bergabung dalam kelompok-kelompok
kecil untuk berdiskusi atau menyelsaikan soal latihan , kemudian menyerahkan
hasil kerja kelompo kepada guru . Jika diperlukan ,selamjutnya guru memimpin
diskusi tentang pekerjaan kelompok itu yang membutuhkan penjelasan atau
klasifikasi.
Untuk mengoptimalkan manfaat
kooperatif learning ,keanggotaan sebaiknya heterogen , baik dari kemampuannya
maupun karakteristik lainnya . Jika para siswa yang mempunyai kemampuan
bebrbeda dimasukkan dalam satu kelompok yang sama maka akan dapat memberikan
keuntungan bagi para siswa yang berkemampuan rendah dan sedang sebaiknya apa
yang dapat diperoleh siswa yang berkemampuan tinggi ? kemampuan komunikasi
verbal matematika bagi siswa tersebut akan semakin meningkat . Untuk memberikan
penjelasan tentang suatu meteri matematika , seorang siswa harus memahami
materi itu lebih dalam dari pada sekedar kemampuan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sebuah jawaban pada lembar kerja .
Untuk menjamin heterogitas
keanggotaan kelompok,maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut .
jika siswa dibebaskan membuat sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-
teman yang sangat disukainya , misalnya
karena sama jenisnya , sama etniknya ,atau sama dalam kemampuannya . Hal
ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang homogen dan sering kali siswa
tertentu tidak masuk dalam kelompok manapun . karena itu cara membebaskan siswa
membuat kelompok sendiri bukan merupakan cara yang baik , kecuali guru membuat
batasan-batasan tertentu sehingga dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang
heterogen .Pengelompokan secara acak juga dapat juga dapat dilakukan ,khususnya
jika pengelompokkan itu terjadi pada awal tahun baru dimana guru baru sedikit
mempunyai informasi tentang siswa – siswanya.
Ukuran ( besar-kecilnya) kelompok
akan mempengaruhi pada kemampuannya
produktivitas kelomponya . Ukuran kelompok yang ideal untuk kooperatif learning
adalah tiga sampai lima orang . Jika satu kelompok terdiri atas hanya ada dua
orang maka interaksi antar anggota kelompok akan sangat terbatas dan kelompo
itu akan jika satu anggotanya absen. Sebaliknya , jika ukuran kelompok itu
terlalu besar maka akan menjadi sangat sulit bagi kelompok itu berfungsi secara
efektif . Siswa-siswa yang sangat vocal akan cenderung menguasai dan
siswa-siswa yang pendiam akan cenderung mengamini saja . Dalam kelompok yang
sangat besar ,sukar bagi setiap individu untuk mengutarakan
pendapat-pendapatnya disamping lebih sukar didalam koordinasinya .
Pada hakekatnya kooperatif learning
sama dengan kerja kelompok , oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak
ada sesuatu yang aneh dalam kooperatif learning ,karena mereka telah menganggap
telah terbiasa menggunakannya . Walaupun kooperatif learning terjadi dalam
bentuk kelompok tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan kooperatif
learning .
Beunet (1995) menyatakan ada 5 unsur
dasar yang dapat membedakan kooperatif
learning dengan kerja kelompok yaitu :
a. Positf
interdependence
Yaitu
hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan
diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan
yang lain pula atau sebaliknya.
b. Interaction
face to face
Yaitu
interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
c. Adanya
tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.
d. Membutuhkan
keluwesan
e. Meningkatkan
keterampilan kerja sama dalam memecahkan masalah.
Dalam
cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang di terapkan dalam
pembelajaran dan yang akan dibahas dibawah ini yaitu kooperatif learning tipe
Team Accelerated Instriction(TAI).
Dasar
pemikiran dari tipe ini adalah untuk mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan
individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa,
jika demikian bagaimana hal ini bisa terjadi salah satu bentuk kontroversi yang
paling lama terjadi dalam bidang pendidikan di amerika. Ada pendapat yang
mendukung praktik-praktik semacam pengelompokan sisiwa,pengelompokan siswa
dalam kelas, pengajaran yang terprogram,pengajaran dengan computer, menguasai
pelajaran sebagai cara untuk memastikan bahwa kebutuhan dan kesiapan para siswa
benar-benar ikut diperhitungkan dadalam pengaajaran. Perlunya semacam
individualisasi telah dipandang penting khususnya dalam pelajaran matematiika,
dimana pemmbelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar
tergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.
Dasar
pemikiran dibalik individualisasi pengajaran matematika adalah bahwa para siswa
memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam.
Ketika guru menyampaikan sebuah pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar
kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk
mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode
tersebut. Siswa lainnya mungkin malah sudah tahu materi itu, atau bias
mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu mengajar yang dihabiskan bagi
mereka yang membuang waktu.
Jelas
bahwa mengajar sebuah pelajaran pada satu taraf kemampuan pada kelas yang
hiterogen menimbulkan inefvisiensi tertentu dalam penggunaan waktu mengajar.
Dalam teorinya evisiensi pengajaran maksimum seharusnya bias dicapai apabila
materi yang disampaikan kepada para siswa dapat mengasimilasi informasi. Pengaruh
substansial dari pengajaran satu oleh satu terhadap oleh prestasi siswa.
Akan
tetapi, hampir semua siswa belajar dalam kelompok-kelompok kelas dan bukan
dalam sesi-sesi pengajaran individual. Individualisasi dalam pengajaran dikelas
menuntut biaya yang terkait dengan evisiensi pengajaran yang mungkin setara
ataupun bisa menurunkan evisiensi yang disebabkan oleh penggunaan pengajaran
satu tingkat atau taraf kemampuan. Misalnya, pengajaran yang diperogran untuk
memberikan pengajaran yang terindividualisasi yang sempurna, member kesempatan
pada siswa untuk berkembang berdasarkan taraf kemampuan mereka sendiri terhadap
materi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka sebelumnya. Tetapi
pengajaran terprogram seperti ini tidak dapat menghindari berkurangnya bagi
guru untuk memberikan kegiatan pengajaran langsung dan meningkatnya jumlah
waktu yang diperlukan siswa untuk melakukan tugas dikursinya masing-masing.
Dalam kajian-kajian taraf kemampuan kelompok menerima pengajaran, waktu yang
dihabiskan mengerjakan tugas dikursi masing-masing dalam hal tertentu hubungan
yang negative dengan pengajaran. Sementara waktu yang dihabiskan untuk
pengajaran langsung memperlihatkan pengaryh positif terhadap pengajaran.
Namun
masalah heterogenitas para siswa yang menjadi tujuan dari dirancangnya metode
pengajaran individual ini belumlah terselesaikan. Bisa jadi sebagai konsekuensi
kebijakan-kebijakan khusus seprti penerpan mainstreaming dan penghapusan
perbedaan, kelas-kelas yang menjadi heterogen, dan bukan sebaliknya, akibatnya semakin menjai pertanyaan apakah pengelomkan
siiswa bisa menjadi cara yang efektif jika dihadapkan dengan masalah
heterogenitas para siswa. Kajian-kajian mengenai pengelompokan para siswa menemukan bahwa hal ini akan
memberikan manfaat yang kecil dalam kemampuan para siswa (slavin, 1987c).
A.Team Accelerated Inyruction atau
Team Assisted Individuallization (TAI).
Tipe ini dikembangkan oleh Slavin
Leavey Madder 1986, dan merupakan salah satu bentuk koopratif yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar
yang ,yang siswanya memiliki kemampuan heterogen atau berbeda tingkat kecepatannya
menerima pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan . Menurut Driver
( dalam bawa , 2004) Team Asisted Individualized ( TAI ) merupakan pembelajaran
yang menekankan pada pendekatan konstruktivis lebih terfokus pada “ suksesnya
siswa dalam mengorganisasikan pengetahuan mereka “ dan bukan pada “ kebenaran
dalam melakukan refleksi atau apa yang dikerjakan guru “
Tipe TAI ini sama dengan tipe STAD dan
TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan
member sertifikat untuk tim dengan
kinerja yang terbaik . Namun metode STAD dan TGT menggunakan pola pengjaran
tinggal untuk satu kelas , sementara TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif
dengan pengajaran yang individual.
Dalam TAI , para siswa memasuki
sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan
tingkat kemampuan mereka sendiri .secara umum ,anggota kelompok bekerja pada
unit pelajaran yang berbeda . Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing
– masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelsaikan
berbagai masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman
satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa . Tiap minggu , guru
menjumlahkan angka dari tiap unit yang telah diselseikan semua anggota tim dan
memberikan serifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil
melampaui criteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah
dilakukan , dengan poin ekstra untuk lembar jawaban dan pekerjaan rumah yang
telah diselsaikan.
Karena
para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola
materi yang disampaikan, guru dapat menghabiskan waktu didalam kelas
penyampaian pelajaram pada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim
yyang belajar pada tingkat yang sama dalam sekuen matemtik, sebagai contoh,
guru akan menyebutkan serangkaian bilangan decimal,menyampaian pelajaran
mengenai bilagan decimal. Kemudian menyuruh siswa kembali kepada timnya untuk
mempelajari mengenai bilangan decimal. Lalu guru akan menyebutkkam serangkaian
angka pecahan dan seterusnya.
TAI memiliki berbagai dinamika
motivasi yang memiliki STAD dan TGT , para siswa saling membantu satu sama lain
untuk berusaha keras karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil .
Tanggung jawab undividual ,terjamin karena satu-satunya skor yang
diperhitungkan adalah skor tes final , dan siswa mengerjakan tes tersebut tanpa
bantuan teman satu tim . Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil
karena semua siswa telah ditempatkan sesuai dengan tingkat pengetahuan awal
mereka.
Namun
demikian, individualisasi yang menjadi bagian dari TAI menyebutkan menjadi
sedikit berbeda dari STAD dan TGT. Dalam matematika kebanyakan konsep dibangun
dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak dikuasai akan sulit
atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya; para siswa yang tidak
bias mengurangkan atau mengalikan tidak akan bias menguasai hitungan yang lebih
rumit, siswa yang tidak memahami konsep bilangan pecahan, tidak akan mampu
memahami apa itu bilangan decimal. Dalam TAI
para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri, jadi
apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu mereka dapat membangun
dasar yang kuat sebelum melngkah ke tahap berikutnya, jika siswa mencapai
kemajuan lebih cepat maka tidak perlu menunggu anggota kelas lainnya.
B . komponen – komponen Team Asisted individualization
( TAI )
Model pembelajaran kooperatif tipe
TAI ini memiliki delapan komponen ,yaitu :
1. Teams
Teams
yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 orang ,
seperti halnya yang dikatakan tipe STAD dan TGT .
2. Tes
penempatan ( Placement test )
Pada
tes penempatan ini para siswa diberikan terprogram dalam bidang operasi
matematika pada permulaan pelaksanaan program , mereka ditempatkan pada tingkat
yang sesuai dalam program . Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam
program individual berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini
3. Materi-
materi kurikulum
Untuk
sebagian besar dari pengajaran matematika mereka, para siswa bekerja pada
materi kurikulum individual yang mencakup penjumlahan , pengurangan , perkalian
, pembagian, angka , pecahan , decimal , rasio, persen, statistik dan aljabar .
Masalah – masalah kata dan strategi penyelsaian masalah ditekankan pada seluruh
materi. Tiap-tiap unit memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
·
Halaman panduan yang mengulang konsep
yang telah yang telah diperkenalkan oleh guru dalam kelompok pengajaran dan
memberikan metode tahap demi tahap dari penyelesaian masalah.
·
Beberapa halaman untuk latihan
kemampuan, tiap halaman terdiri dari enam belas masalah, tiap latihan kemampuan
memperkenalkan subkemampuan yang mengarah pada penguasaan akhir dari seluruh
kemampuan.
·
Tes formatif dua set yang pararel dari
sepuluh soal.
·
Lima belas soal tes unit dan formatif
4. Belajar
kelompok ( team study )
Team
study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang
membutuhkan.
5. Skor
team dan rekognisi team ( team scores and team recognition )
Skor
tim dan rekognisiny tim , yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok
dan membrei criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara
cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelsaikan tugas.
6. Kelompok
pengajaran ( teaching group )
Setiap
hari guru memberikan pengajaran selama sekitar sepuluh sampai lima belas menit
kepada atau tiga kelompok kecil siswa yan terdiri dari siswa dari tim berbeda
yang tingkat pencapaian kurikulumnya sama guru menggunakan konsep pelajaran
yang spesifik yang telah disediakan oleh program. Tujuan dari sesi ini adalah
untuk mengenalkan konsep-konsep utama kepada para siswa. Pelajarang tersebut
dirancang untuk membantu para siswa memahami hubungan antara pelajaran
matematika yang mereka kerjakan dengan soal yang sering ditemui dan juga
merupakan soal-soal dalam kehidupan nyata. Secara umum para siswa tersebut
menerima pengenalan konsep-konsepnya dalam kelompok pengajaran sebelum mereka
mengerjakan soal-soal tersebut dalam unit-unit individual. Sementara guru bekerja
bersama kelompok pengajaran siswa-siswa lainnya melanjutkan mengerjakan
unit-unitindividual mereka dalam timnya masing-masing pelajaran langsung untuk
mengajari kelompok ini dapat diterapkan dalam program individual oleh fakta
bahwa para siswa bertanggung jawab untuk hampir semua pemieriksaan, penanganan
materi, dan pengarahan
7. Tes
fakta ( fact test )
Seminggu
dua kali, para siswa mengerjakan tes-tes fakta selama tiga menit para siswa
tersebut diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari dirumah untuk persiapan menghadapi tes-tes
ini.
8. Whole
– class Units ( unit seluruh kelas )
Whole-class
Unit yaitu pemberian materi oleh oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah.
C.Langkah- langkah pembelajaran
kooperatif tipe TAI
Langkah – langkah pembelajaran
kooperatif tipe TAI dibedakan menjadi 2 yaitu TAI dalam artian Accelerated dan
TAI dalam artian Asisted
a. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam artian Team Accelerated Instruction
Kegiatan belajar dengan
model ini dimulai dengan guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok .
Biasanya antara 4-5 siswa disetiap kelompoknmya masing-masing siswa memperoleh
bahan ajar yang berbeda disesuaikan dengan kemampuan siswa . Siswa berkemampuan
tinggi mendapatkan bahan ajar yang berbeda dengan siswa berkemampuan rendah .
Selanjutnya, siswa diminta mengerjakan beberapa soal tentu saja dengan kualitas
yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan siswa .setlah selesai mengerjakan
soal ,hasil kerja siswa dalam kelompok dikumpulkan menjadi satu dan dikoreksi
silang dengan kelompok lain . Satu hal yang harus diperhatika adalah soal siswa
berkemampuan tinggi harus dikoreksi oleh siswa berkemampuan tinggi juga.
Demikian juga dengan soal untuk siswa berkemampuan sedang dan rendah. Jika
hasil yang diperoleh memenuhi criteria ketuntasan yang telah ditetapkan,maka
siswa tersebut berhak mengikuti tes akhir. Bagi siswa yang belum memenuhi
standar tersebut akan diberikan beberapa soal lagi yang tentu saja harus setara
dengan soal sebelumnya sampai akhirnya memperoleh nilai yang diinginkan guru.
b. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam artian Team Assisted Individuallization
·
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran
secara individual.
·
Guru memberikan kuis secara individual
kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
·
Guru membbentuk beberapa kelompok.
·
Hasil belajar siswa secara individual
didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
·
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman,mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
·
Guru memberikan kuis kepada siswa secara
individual.
·
Guru member penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari
skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Unsur
– unsur yang diperhatikan dalam Teams AsSisted
Individualization menurut Robert . E. Slavin
adalah sebagai berikut :
1. Team
( kelompok ) peserta didik dikelompokkan
dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta
didik dengan kemampuan yang berbeda.
2. Tes
penempatan , peserta didik diberi tas diawal pertemuan , kemudian peserta didik
ditempatkan dalam tes , sehingga didapatkan anggota yang heterogen ( memiliki
kemampuan berbeda ) dalam kelompok
3. Langkah-
langkah pembelajaran.
Sebagai tambahan terhadap
penyelesaian masalah manajemen dan motivasi dalam program pengajaran
individual, TAI dirancang untuk memperoleh manfaat yang sangat besar dari
potensi sosialisasi yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. Kajian-kajian
sebelumnya mengenai kemampuan kelompok dalam metode-metode pembelajaran
kooperatif secara konsisten telah menemukan sejumlah pengaruh positif dari
metode-metode ini terhadap para siswa yang cacat secara akademik. Cukup
beralasan apabila kita mengharapkan munculnya perolehan keluaran yang serupa
dalam metode-metode yang mengombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran
individual.
TAI
dirancang untung memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan
masalah-masalah teoritis dan praktis dari system pengajaran individual:
·
Dapat meminimalisir keterlibatan guru
dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin
·
Guru setidaknya akan menghabiskan
separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
·
Operasional program tersebut akan
sedemikian sederhananya sehingga para siswa dikelas tiga keatas dapat
melakukannya.
·
Para siswa akan termotivasi unutk
mempelajari materi-materi yang diberrikan dengan cepat dan akurat, dan tidak
akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
·
Tersedianya banyak cara pengecekan
penguasaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali
materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang
membutuhkan bantuan guru.
·
Para siswa akan dapat melakukan
pengeceekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek kemempuannya ada
dibawah siswa yang dicek dalam rangkaian pengajaran, dan prosedur pengecekan
akan cukup sederhana dan tidak mengganggu si pengecek.
·
Programnya mudah dipelajari baik okeh
guru maupun siswa, tidak mahal. Fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan
atau tim guru.
·
Dengan membuat para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan
terbangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif terhadap siswa-siswa
mainstream yang cacat secara akademik dan diantara para siswa dari latar
belakang ras atau etnik berbeda.
Contoh
penggunaan Cooperative Learning dalam matematika
Topik : Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Tingkat
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Tujuan
:
`1.
Berlatih menentukan KPK dan FPB jika sepasang bilangan diketahui
2. berlatih menentukan hubungan
antara KPK,FPB dan hasil kali sepasang
Bilangan.
3.Berlatih mencatat data secara
sistematis
4.Melihat pola melalui analisis data
Ukuran
kelompok: 4 orang siswa
Bahan-bahan
yang diperlukan untuk setiap kelompok:
1.4 buah fotocopy lembar masalah
2.1 lembar untuk catatan hasil
3.1 buah amplop berisi 12 lembar
kertas yang masing-masing memuat sepasang
Bilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni,2007.
Cooperative Learning
mengembangkan kemampuan belajar berkelompok.Bandung:Alfabeta
Robert
E. Slavin,2008.Cooperative Learning
Teori,Riset dan Praktik.Bandung:Nusa Media
Isjoni,2009. Pembelajran
kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.Yogja:Pustaka Pelajar
Erman
Suherman,dkk.2003.Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer.Bandung:Jica
Posting Komentar