Pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan
problema dan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan yang dihadapinya. Konsep
pendidikan terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di
masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersngkutan harus mampu menerapkan apa
yang telah dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema dan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini dan mas mendatang.
Pemikiran
ini mengandung konsekuensi bahwa penympurnaan atau perbaikan pendidikan untuk
mengantisipasi kebutuhaan dan tantangan masa depan perlu terus menerus
dilakukan, diselesikan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha/ dunia
industri, perkembangan dunia kerja serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.Tugas seorang guru selain membantu siswa mendapatkan
informasi, ide-ide, keterampilan, nilai-nilai, cara-cara berfikir dan
mengemukakan pendapat adalah membimbing para siswa tentang bagaimana belajar
yang sesungguhnya dan belajar memecahkan masalah yang dapat digunakan di masa
depan mereka. Proses pembelajaran yang terjadi selama siswa duduk di bangku
sekolah dengan sendirinya menjadi sangat menentukan keberhasilan mereka di masa
yang akan datang.
Untuk
mencapai hal-hal tersebut di atas, pembelajaran matematika di Sekolah harus
mencerminkan pembelajaran yang aktif, efektif, keatif, dan menyenangkan. Karena
itu juga diperlukan perubahan strategi pembelajaran matematika.Selain strategi
pembelajaran di kenal juga istilah model pembelajaran matematika yang di
bedakan dari istilah strategi atau metode pembelajaran matematika. Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari suatu strategi atau
metode pembelajaran.model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak di
punyai oleh strategi atau metode tertentu,yaitu:
1.
raisional teoritik yang logis di susun
oleh perancangnya
2.
tujuan pembelajaran yang akan di capai.
3.
tingkah laku pengajar yang di perlukan
agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil.
4.
lingkungan belajar yang di perlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu
model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Model-model pembelajaran dapat di
klasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks ( pola urutannya )
dan sifat lingkungan belajarnya sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan
tujuan adalah pembelajaran langsung.
Sintaks( pola urutan) dari suatumodel pembelajaran
adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada
umumnya di sertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks ( pola
urutan) dari suatumodel pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas
kegiatan-kegiatan apa yang hrus di lakukan oleh guru atau siswa.sintaks ( pola
urutan ) dari bermacam-macan model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang
sama.contoh;setiap model pembelajaran di awali dengan upaya menarik perhatian
siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.setiap model
pembelajaran di akhiri dengan tahap menutup pembelajaran,di dalamnya meliputi
kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang di lakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda misalnya; model
pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti
tersedia meja dan korsi yang mudah di pindahkan. Pada model pembelajaran
diskusi para siswa duduk di bangku yang di susun secara melingkar ( tapal kuda
). Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan
guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu
berkomunikasi satu sama lain,sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa
harus tenang dan memperhatikan guru.
Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang
mngutamakan adanya kerja sama, yakni; kerja sama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapi tujuan pembelajaran. Para siswa di bagi menjadi kelompok-kelompok
kecil dan di arahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah di tentukan.
Tujuan pembelajaran kooperatif dalah untuk membngkitkan
interaksi yang efektip di anatara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal
ini sebagian aktifitas pembelajaran terpusat pada siswa,yakni mempelajri materi
pelajaran,berdiskusi untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang
efektip di mungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang
relatif sejajar.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif:
a.
siwa belajar dalam kelompok, aktif
mendengar,mengemukakan pendapat, dan membuet keputusan secara bersama.
b.
Kelompok siswa terdiri dari siswa-siwa
yang memiliki kemampuan tinggi,sedang,dan rendah.
c.
Jika dalam kelas terdapat siswa/i yang
terdiri dari berbagai ras,suku,agama,budaya,dan jenis kelamin yang berbeda,maka
di upayakan agar dalam setiap kelompok terdapat ras,suku,agam,dan jenis kelamin
yang berbeda pula.
d.
Penghargaan lebih di utamakan pada kerja kelompok dari pada akerja per
orang.
Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai
seorang guru dan mungkin siswa kita pernah mengunakannya mengalaminya sebagai
contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai
materi yang dibeikan guru (Slavan, 1995; Eggen dan Kauchak). Sedangkan Artzt
dan Newman (1990: 448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar
bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab
yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori
Konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaaan
kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran
dengan model kooperatif, memilliki tujuan diantaranya yaitu:
a.
hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
b.
Pengakuan adanya keberagaman
Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakng.
c.
Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa.
Seperti halnya pada model
pembelajan lansung, dalam model pembelajaran kooperatif juga diperlukan tugas
perencanaan, misalnya menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang
sesuai, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa,
mengenalkan siswa pada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu
dan tempat yang akan dipergunakan.
Salah satu tugas guru dalam
model pembelajaran kooperatif adalah memilih pendekatan yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Dimana terdapat beberapa variasi dari model
pembelajaran kooperatif, yaitu; Student Team Achievement Division (STAD),
JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan
Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together
(NHT).
JIGSAW
Jigsaw telah dikembangkan dan di
uji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya (Aronson, Branely, Stephan,
Sikes, dan Snapp(1978); Aronson, Bridgeman dan Geffner(1978)) dari Universitas
Texas. Selaras dengan pendapat Aronson(1978), tehnik belajar kooperatif jigsaw
lebih menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antar siswa. Pertama
kalinya dikembangkan untuk menghadapi isu yang disebabkan perbedaan
sekolah-sekolahdi Amerika Serikat yang sering terjadi antara tahun 1964 dan
1974.
Metode orisinil jigsaw, secara singkat digambarkan dalam
bagian ini, membutuhkan pengembangan yang ekstensif dari materi-materi khusus.
Metode itu adalah strategi belajar kooperatif dimana setiap siswa menjadi
seorang anggota dalam bidang terentu. Kemudian membagi pengetahuannya kepada
anggota lain dari kelompoknya agar setiap orang pada akhirnya dapat mempelajari
konsep-konsep.
Menurut Aronson pula, para siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok, masing-masing anggota kelompok diberikan
satu tugas untuk dikerjakan atau bagian-bagian dari materi-materi penelitian
untuk dikoreksi dan ditinjau ulang. Para siswa dari masing-masing kelompok yanh
memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang benar-benar
baru. Karena kelompok-kelompok anggota yang baru ini mengerjakan tugas mereka,
para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah
ditentukan dengan mempelajari bagaimana mengerjakan tugas-tugas mereka yang
telah ditentukan juga. Para anggota dari kelompok anggota kemudian bekerjasama
untuk menentukan bagaimana cara mengajarkan ilmu yang baru mereka peroleh
kepada anggota lain dari kelompok-kelompok peneltuan asal. Segera sesudah kelompok-kelompok
anggota itu melengkapi tugas-tugas mereka, para siswa kembali ke kelompok
penelitian mereka.
Pembelajarn kooperatif jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi peelajarn untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan
topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan opik yang akan dibahas
atau dipelajari di papan tulis, white board, penayangan power point dan
sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui
mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap
menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Untuk mengoptimalkan manfaat
belajar kelompok, keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen,baik dari segi
kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, cara yang efektif
untuk menjamin heterogenitas kelompok ini adalah guru membuat kelompok-kelompok
itu. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan
memilih teman-teman yang sangat disukainya misalnya sesama jenis, sesama etnik
dan sama dalam kemampuan.
Hal ini cenderung menghasilkan
kelompok-kelompok yang homogen dan seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam
kelompok manapun. Oleh karena itu, memberikan kebebasan siswa untuk membenuk
kelompok sendiri bukanlah cara yang baik, kecuali guru membuat batasan-batasan
tertentu sehingga dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang heterogen.
Pengelompokan secara acak juga dapat digunakan, khusus jika pengelompokan itu
terjadi pada awal tahun ajaran baru dimana guru baru sedikit mempunyai
informasi tentang siswa-siswanya.
Jumlah siswa yang bekerjasama
harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara
efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktifitasnya.
Dalam hal ini, Soejadi (2000) mengemukakan bahwa jumlah anggota dalam satu
kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif
kerjasama antar para anggota kelompoknya.
Menururut Edward (1989),
mengemukakan bahwa kelompok yang terdiri dari empat orang terbukti sangat
efektif. Sedangkan Sudjana (1989) menyatakan bahwa beberapa siswa dihimpun
dalam satu kelompok dapat teriri dari 4-6 orang siswa. Jumlah yang paling tepat
menurut hasil penelitian Slavin adalah hal itu dikarenakan kelompok yang
beranggotakan 4-6 orang sswa lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2-4 orang.
Yuzar (2005) menyatakan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif jenis jigsaw, siswa belajar kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 org ,heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab secara
mandiri. Setiap nanggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
bahanpelajaran yang mesti di pelejari dan menyampaikan bahan tersebut kepada
anggota kelompok sial.
Wedman (2006) mengemukakan ,model belajar kelompok
menekankan nilai-nilai:
1)
Interakasi secara lisan untuk memahami
informasi baru.
2)
Peranan siswa yang meminta
pengorganisasian,menjelaskan dan mengklasifikasikan imformasi baru.
3)
Pengalaman sosial yang mempasilitasi
pemahaman pengembangan individu.
Dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk
mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dan
kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain yang
mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan
mempelajari dan memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan
tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.
Pada tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan
tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya,kemudian masing-masing
perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
Selanjutnya masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada teman satu
kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang di
tugaskan guru.
Pada tahap ini siswa akan banyak menemui permasalahan
yang tahap kesukarannya berpareasi. Pengalaman seperti ini sangat penting
terhadap perkembangan mental anak. Piaget (dalam ruseffendi,1991)
menyataka,”...bila menginginkan perkembangan mental maka lebih cepat dapat
masuk ke pada tahap yang lebih tinggi,supaya anak di perkaya dengan banyak
pengalaman”. Lebih lanjut Ruseffendi mengemukakan bahwa kecerdasan mannusia
dapat di tingkatkan hingga batas optimalnya dengan pengayaan melalui
pengalaman.
Pada tahap selanjutnya siswa di beri tes atau kuis,hal tersebut
dilakukan untuk mengetaui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
Dengan demikian,secara umum penyelenggaraan model belajar jigsaw dalam proses
belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawabsiswa sehingga terlibat
langsun secara akitf dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara
kelompok.
Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar
mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegitan kelas. Guru
berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tangung jawab sera siswa akan merasa
senang berdiskusi tentang Matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat
berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunyasebagai pembimbing.
Dalam model pembelajaran biasa atau tradisional gur menjadi pusat semua
kegiatan kelas. Sebaliknya, di dalam mode belajat tipe Jigsaw,meskipun tetap
mengendalikan aturan,ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas,tetapi siswalah
yang menjadi pusat kegiatan kelas.
Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di
kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitip siswa maupun pertumbuhan
efektip siswa. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah motivasi
siswa. Guru cendrung menggunakan
kompetensi untuk memotovasi siswa mereka dan sering mengabaikan strategi yang
di dalamnya terdapat kerjasama dan motivasi teman sebaya yang dapat di gunakan
untuk membantu siswa fous terhadap prestasi akademis. Mengapa tidak menciptakan
suasana kelas yang saling membantu dan memotivasi untuk mencapai tujuan umum?.
Aronson (1978) telah mengembangkan suatu strategi pendidikan, yaitu pendekatan
jigsaw direncanakan untuk mengunakan metode pembelajaran kooperatif di kelas.
Dalam model jigsaw versi
Aronson,kelas dibagi menjadi satu kelompok kecil yang heterogen yang diberi
nama tim jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya.
Tiap-tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu
ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa di pisahkan menjadi
kelompok ”ahli”atau ”rekan” yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang
mempunyai bagian informasi yang sama.
Di grup ahli,siswa saling
membantu mempelajari materi dan mempersiapkan diri unuk tim jigsaw. Setelah
siswa mempelajari materi di grup ahli, kemudian mereka kembali ke tim jigsaw
untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk
mempelajari sisa materi. Teknik ini sama dengan teka-teki yang di sebut
pendekatan jidsaw. Sebagai kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa dengan
bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu.
Model jigsaw dapat digunakan
secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan
akdemis dari pemahaman,membaca maupun ketermpilan kelompok untuk belajar
bersama. Jenis meteri yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah
bentuk naratif seperti ditemukan dal literatur,penilitian sosial membaca dan
ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan keterampilan sebagai
tujuan umum.
Langkah-langkah pembelajaran
jigsaw
·
Siswa di bagi atas beberapa kelompok (
tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
·
Materi pelajran diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
·
Setiap anggota kelompok membaca subbab
yang di tugaskan dan bertangung jawab untuk mepelajarinya. Misalnya;jika materi
yang di sampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu
kelompok mempelajari tentang ginjal,siswa yang lain dari kelompok satunya
mempelajari tentang paru-paru,begitupun siswa yang lainnya mempelajari
kulit,dan lainnya lagi mempelajri hati.
·
Anggota dari kelompok lain yang telah
mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam keompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
·
Setiap anggota kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
·
Pada pertemuan da diskusi kelompok
asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru, antara
lain; Bahan Kuis, Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Sistem evaluasi pada Jigsaw sama dengan sistem evaluasi pada STAD, yaitu
pemberian skor nilai baik secara individual maupun kelompok.
Bentuk adaptasi dari jigsaw yang lebih praktis dan mudah adalah Jigsaw II
yang diadopsi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkins.
Jigsaw tipe II ini digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk
narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran
ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang-bidang
lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasan kemampuan.
Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan
secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman
dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara
acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expect) pada suatu aspk tertentu dari
materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, ”ahli” dari kelompok
berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelomopok lain
sampai mereka menjadi ”ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali
ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada
semua topik yang diberikan.
Ada perbedan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau
pada Jigsaw I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi
dengan temen segrupnya. Sedangkan pada Jigsaw II, setiap siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep(scan read) sebelum ia belaajar
spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran
menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan jigsaw:
a)
Orientasi
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode jigsaw dalam
proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, koopretif
dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar onsep secara
keseluruhan secara untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.(Bisa juga
pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumnya harus sudah dibaca di
rumah).
b)
Pengelompokan.
Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu
kemampuan matematikanya dan sudah di-rinking
(siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 25% (ranking 1-5) kelompok sangat
baik,25%(ranking 6-10) kelompok baik,25% selanjutnya(ranking 11-15) kelompok
sedang,25%(ranking 15-20) rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5
grup (A-E) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika,
berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk
kelompok,baik indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok
rendah. Misalnya ( A1 berarti grup A dari kelompok sangat baik,.....,A4grup A
dari kelompok rendah).
Tiap
grup akan berisi
Grup A
Grup B
Grup C
Grup D
Grup E
c)
Pembentukan da pebinaan kelompok expert.
Selanjutya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi exepert, berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 ( A1,B1,C1,D1,E1
)
Kelompok 2 ( A2,B2,C2,D2,E2
)
Kelompok 3 ( A3,B3,C3,D3,E3
)
Kelompok 4 ( A4,B4,C4,D4,E4
)
Tiap
kelompok ini di beri konsep matematika (transpormasi) sesuai dengan
kemampuanya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang baik kemampuannya di beri mateeri
yang lebih kompleks worksheet 1 (
pencerminan pada garis y=x,y=-x,garis x=h,y=h dan pencerminan pada sumbu
koordinat). Kelompok 2 diberi materi worksheet
2 ( translasi pada koordinat kartesius dan gabungan dua translasi). Kelompok 3
di beri materi worksheet 3 ( menyatakan translasi dalam
ektor kolom) dan kelompok 4 ( pencerminan pada sumbu x,pada y,sifat-sifat
pencerminan)
Setiap
kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan ssebaik-baiknya
sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli”expert”,tentunyab peran pendidik cukup penting dalam fase ini.
d)
Diskusi (pemaparan ) kelompok ahli dalam
grup.
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,
masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5)
memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu (Worksheet 1-4 ). Selamjutnya
pendidik mempersilakan anggota grup untuk mempersenaasikan keahliannya kepada
grupnya masing-masing, satu persatu . proses ini di harapkan akan terjadi shearing pengetahuan antar mereka.
Aturan
dalam fase ini adalah:
-
siswa memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.
-
Memperoleh pengetahuan baru adalah
tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap
anggota menguasai konsep.
-
Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya
pada pendidik.
-
Pembecaraan di lakukan secara pelan agar
tidak mengganggu grup lain.
-
Akhiri diskusi dengan ”merayakannya”agar
memperoleh kepuasan.
e)
Tes (penilaian)
Pad fase ini guru memberikan tes tulis untuk di kerjakan
oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa
tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tepat duduknya agak
dijauhkan.
f)
Pengakuan kelompok
Penilain pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor
peningkatan individu,tidak didasarkan pada skor akhir yang di peroleh
siswa,tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampui rata-rata skor
sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan konstribusi poin maksimum pada
kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis
mereka melampui skor dasar mereka.
JIGSAW ORISINAL
`Model
jigsaw oronson yang orisianal,irip dengan jigsaw II dalam sebagian besar
aspeknya,tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting. Dalam jigsaw
orisinal, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh
teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli menguasai
informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap
anggotanya.
Jigsaw
orisinal juga membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibanding dengan jigsaw II;
bacanya singkat,hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari.
Bagian yang paling sulit dari jigsaw orisinal adalah bahwa tiap bagian harus
ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Materi-materi yang ada tidak
dapat digunakan,yang merupakan kebaikan dari jigsaw II:buku jarang sekali dapat
dibagi-bdgi dengan rapi ke dalam bagian-bagian yang cukup masuk akal tanpa
bagian lainnya.
Mempersiapkan
unit jigsaw orisinal melibatkan penulisan kembali materi untuk menyesuaikannya
dengan format jigsawII adalah bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan
mebuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Guru yang ingin memanfaaatkan kelebihan dari fitur-fitur tertentu dri jigsaw
dapt mewujudkan dengan menggunakan jigsaw II dengan memodifikasi-memodifikasi
sebagi berikut:
1.
tulislah unit-unit yang menampilkan
informasi unik mengenai subjek tetapi buetlah supaya tetap masuk akal. Anda
bisa melakuka ini dengan memotong bagian teks dan menambahkan informasi yang
diperlukan,atau dengan menuliskan materi yang benar-benar baru.
2.
bagilah siswa ke dalam tim yang
beranggotakan 5-6 orang dan buaatlah lima topik untuk tiap unit.
3.
tunjuklah satu orang pemimpin tim,dan
tekankan latihan pembentukan tim sebelum dan selama menggunakn tehnik tersebut.
4.
seringlah menggunakan kuis-kuis dan
jangan menggunakan sekor tim,skor kemajuan,atua lembar berita. Cukup berikan
nilai individu kepada siswa.
CARA LAIN
MENGGUNAKAN JIGSAW
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode koperatif
yang paling fleksibel. Beberapa modifikasi dapat membuaatnya tetap pada model
dasarnya tetapi mengubah beberapa detil implementasinya:
- dari pada membuat para siswa merujuk kepada
materi naratif untuk mengumpulkan informasi mengenai topik mereka,anda
juga bis menyuruh mereka mencari serangkain materi-materi ke perpustakaan
atau kelas untuk mendapatkan informasi tersebut
- setelah para ahli menyampaikan laporan,
mintaklah siswa menulis esai atau memberikan laporan lisan dari pada
memberikan kuis.
- anda juga bisa memberikan tiap tim topik yang
unik untuk dipelajari dan memberikan masing-masing anggota tim sebuah
subtopik dari pad sekedar menyuruh mereka semua mempelejari materi yang
sama. Tim kemudian dapat mempersiapkan dan membuat sebuah presentasi lisan
kehadapan kelas.
Daftar pustaka
-
Drs.H.isjoni,M.Si,Ph.D.2009.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik.Penerbit:Pustaka pelajar.
-
Irzani.2009.Strategi Belajar Mengajar Matematika.Mataram:Media
Grafindo press.
-
Suprijono,Agus.2009.Cooperative Learning.Surabaya:pustaka
Belajar.
-
Robert E.Slavin 2008 Cooperative
Learning.Bandung:Nusa Media.
-
Trianto.2009.Mendesan Model Pembelajaran Inovatif
Progresip:Konsep,Landasan dan Implementasinya pada KTSP.Jakarta:Kencana.
Posting Komentar